Rabu, 25 November 2020

KARYA TULIS ILMIAH

 

KARYA TULIS ILMIAH

BAHASAN TENTANG TEORI TEORI YANG ADA DI DALAM KASUS KELOMPOK ANARKO

 

Oleh:

MUHAMMAD SHIDQY FAUZAN

NO. AK. 17.127

 

 

 

 

AKADEMI KEPOLISIAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

 

 

 

 

 

Polda: Anarko Rancang Penjarahan se-Pulau Jawa pada 18 April

Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana menyebut Kelompok Anarko tengah menyusun skenario agar tercipta penjarahan di sejumlah wilayah di Pulau Jawa saat wabah virus corona berlangsung.
"Pada 18 April 2020 mereka berencana melakukan aksi besar-besaran di pulau Jawa, vandalisme, tujuannya menciptakan keresahan, dan memanfaatkan masyarakat untuk melakukan keonaran hingga penjarahan," ujar Nana dalam konferensi pers, Sabtu (11/4).

Nana mengatakan, aksi tersebut sudah mulai dilakukan beberapa hari terakhir ini, dan sudah diorganisasi sedemikian rupa di beberapa wilayah seperti Jakarta, Bandung, dan beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.
Dalam konferensi pers tersebut, Nana mengatakan anggota Polres dari Reskrim Tangerang Kota dan Krimum Polda Metro Jaya melakukan penyelidikan dan melakukan penangkapan pada Jumat (10/4) di lokasi sebuah kafe yaitu di kafe Egaliter di wilayah kota Tangerang.
"Motif mereka melakukan vandalisme ini karena ketidakpuasan terhadap pemerintah," ujar Nana.
Dalam kesempatan tersebut, Nana menjelaskan para tersangka yang telah diamankan oleh kepolisian ini memiliki latar belakang yang berada, namun didominasi oleh anak-anak muda yang memiliki pemahaman yang sama terhadap pemerintah.
Beberapa di antaranya memiliki status sebagai mahasiswa, pelajar SMA, ataupun pengangguran.
"Kami kembangkan tentunya, bukan hanya di Jakarta, kami akan coba seperti di Bandung dan beberapa kota seterusnya," kata Nana.
Atas perbuatannya ini, para pelaku diancam melanggar pasal 14 dan atau pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan atau Pasal 160 KUHP dan terancam 10 tahun penjara. 

 

ANALISA KASUS BERDASARKAN TEORI

  1. Bagaimana dinamika peristiwa kejahatan tersebut bisa terjadi?

a.     Dari prespektif pelaku

1.     Teori pemikiran Klasik

Di dalam kasus tersebut orang yang melakukan Tindakan tersebut di karenakan dia memiliki kehendak bebas (free will) sehingga dia memperhitungkansegala Tindakan berdasarkan keinginannya

2.     Teori pemikiran Labeling

Makna kejahatan yang ada di dalam prespektif masyarakat membentuk hukum itu sendiri dimana masyarakat indonesai menganggap hal yang berupa penjaharahan dan vandalism adalah kejahatan

3.     Teori PostMo : kriminologi realis 

Dimana kejahatan yang dilakukan oleh kelompok anarko ini dianggap harus segera atau langsung di atasi dikarenakan korban dari kelompok ini akan menyasar pada kaum kapitalis sehingga dalam kasus ini populasi kecil seperti Anarko ini akan langsung di kriminalsisasi spserti yang di katakana di realis kiri bahwa:

“negara sebagai entitas yang bertindak untuk kepentingan kapital dengan mengkriminalisasi populasi yang tidak mempunyai hak suara, seperti kelas pekerja dan ras minoritas, kaum idealis telah mengabaikan bahwa kejahatan adalah benar-benar masalah kelas pekerja”

4.     Pengukuran Penggetarjeraan

Kejahatan ini langsung di tanggapi oleh polisi dengan menangkap pelaku yang melakukan aksi vandalism dan di proses secara hukum sehingga diharapkan hal ini akan membuat kelompok yang ingin melakukan kegiatan penjarahan atau vandalism getar dan pelaku yang sudah di proses jera dan tak akan ada kasus lain yang terjadi.

5.     Anomie

Kelompok-kelompok rnenjadi terpisah-pisah, dan dalam ketiadaan satu set aturan-aturan umum, tindakan-tindakan dan harapan-harapan orang di satu sektor mungkin bertentangan dengan tindakan dan harapan orang lain. Dengan tidak dapat diprediksinya perilaku, system tersebut secara bertahap akan runtuh, dan masyarakat itu berada

dalam kondisi anomie kondisi ini menekankan pada kondisi anomie ini muncul saat terjadi sudden change, sudden change ini muncul karena pandemic ini merubah hamper seluruh struktur di masyarakat.

6.     Strain Teori

Dimana tidak adanya jalan untuk mencapai keinginan menyebabkan sesorang melakukan tindak criminal, di dalam hal ini kelompok anarko menginginkan kebebasan dalam hal finansial, menjadi kaya tetapi tak ada jalannya sehingga ia membuat jalan criminal yaitu dengan vandalism dan penjarahan. Hal ini dapat mucul di saat disparitas antara orang kaya dengan orang miskin menjadi sangat luas.

7.     Model of adaptation theory

Disini kelompok anarko mengambil model yaitu Rebellion  dimana adaptasi orang-orang yang tidak hanya menolak tetapi juga berkeinginan untuk mengubah sistem yang ada system yang ingin mereka ubah adalah system kapitalis yang di dukung oleh pemerintah.

8.     Social Disorgantization Theory

Social disorganization theory memfokuskan diri pada perkembangan area-area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan disintegrasi nilai-nilai konvensional yang disebabkan oleh industrialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi, dan urbanisasi dalam hal ini kejahatan dimulai dari Jakarta

9.     Differential association theory

Orang belajar melakukan kejahatan sebagai akibat hubungan (contact) dengan

nilai-nilai dan sikap-sikap antisocial, serta pola-pola tingkah laku kriminal. Dalam hal ini kelompok anarko sering melakukan perkumpulan dengan mahasiswa sehingga banyak mahasiswa yang terpapar dengan pola tingkah laku criminal.

10.  Culture Conflict Theory

Culture conflict theory menegaskan bahwa kelompok-kelompok yang berlainan belajar conduct norms (aturan yang mengatur tingkah laku) yang berbeda, dan bahwa conduct norms dari suatu kelompok mungkin berbenturan dengan aturan-aturan konvensional kelas menengah. Conduct norms yang diterapkan oleh kelompom anarko tentu saja berebda dengan aturan konvensional kelas menengah sehingga otomatis akan berbenturan.

11.  Techniques of netralization

Seseorang yang meninggalkan tempatnya akan merasionalkan seluruh tindakannya karena ia sudah tidak memiliki kewajiban moral untuk tidak melakukan tindak kejahatan, hal ini dikaitkan dengan banyaknya anggota anarko ini yang merupakan mahasiswa yang mana mahasiswa itu bukan penduduk asli tempat tersebut melainkan adalah pendatang sehingga netralisasinya dengan menyatakan bahwa tindakannya tidak mendatangkan kerugian ke sebuah kelompok melainkan keuntungan.

12.  Personal And Social Control

Menurut Reiss penyesuaian diri dengan norma mungkin dihasilkan dari penerimaan individu atas aturan dan peranan atau semata mata dari ketundukan kepada norma dimana ketundukan pada norma ini tidak di lakukan dengan baik oleh kelompok anarko ini, mereka menolak untuk tunduk atau menerima tentang aturan dimana sebuah kelompok masyarakat itu tidak boleh menentang ataupun mengancam kelompok lainnya sehingga disini dari dirinya dan social tidak berhasil dalam hal mengatur ataupun mengontrol

13.  Containment theory

Dimana masyarakat yang menyimpang cenderung di Tarik oleh sebuah dorongan yang berupa internal maupun eksternal dimana kelompok anarko ini di Tarik melalui tarikan internal karena kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi dan keresahan akibat dari pandemic ini lalu tarikan eksternal terjadi dikarenakan seseorang tersebut takut akan hal seperti pengangguran dan juga tertutupnya kesempatan, di saat Contaimentnya lemah maka penyimpangan seperti pemberontakan akan sangat dapat terjadi.

14.  Social interactionist

Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok anarko ini tentunya mengalami yang dinamakan interaksi social yang bersifat delinquent sehingga interaksi yang terjadi antar mahasiswa yang berperilaku menyimpangini memutuskan dari dunia yang sebelumnya taat hukum menjadi pelanggar hukum, karena pergaulannya yang melabellingnya sebagai seseorang yang deviant.

15.  Dramatization of evil

Awalnya mungkin kelompok Anarko ini hanya melakukan sesuatu yang bersifat mencari tantangan baru tetapi sifatnya mengganggu atau meresahkan masyarakat lain (contoh: mencoret coret tembok di tampat kuliah) dan akhirnya mendapat label dari tempat ia kuliah bahwa orang tersebut adalah seorang yang jahat, lalu mereka akan terpisah dari kelompok kehidupan yang konvensional, saat mereka menerima cap itu mereka berangsur angsur berubah menjadi apa yang dikatakan orang terhadap mereka (orang jahat) sehingga dari kegiatan awal mereka yang hanya untuk kesenangan berubah menjadi kejahatan yang sebenaranya (juvenile delinquent)

16.  Primary and secondary deviations

Hal ini dilihat dari reaksi social dimana mereka berada jadi primary itu di gambarkan sebagai Tindakan ringan yang membuat orang lain resah dan kegiatan itu bila dilakukan terus menerus akan membuat orang tersebut melakukan secondary deviaton dimana secondary deviation ini adalah Tindakan yang dikatakan criminal, jadi kelompok anarko ini mungkin awalnya hanya melakukan hal hal yang biasa seperti demo, kumpul gank dan lain lain, tetapi karena reaksi masyarakat yang terjadi akhirnya mereka meningkatkan ekskalasi menjadi penjarahan maupun vandalism, reaksi social ini mungkin di lakukan oleh kaum kaum elit yang akhirnya membuat mereka benci terhadap kaum elit tersebut.

17.  Reintegrative shaming theory.

Disaat seseorang melakukan kejahatan tetapi ia di buat malu sekali dan di jauhkan dari masyarakat menjadikannya masyarakat yang terbuang sehingga sangat mungkin masyarakat ini merupakan kelompok residivis yang dulunya melakukan kejahatan Kembali melakukan kejahatan itu sama seperti kelompom anarko ini, remaja yang di tangkap di kantor polisi dan saat di wawancarai mengaku bahwa mereka sering keluar masuk penjara akibat dari perbuatan menyimpang mereka lalu pada saat dia ingin mencari nilai kelulusan dari dosen, karena pernah menjadi tahanan makai a tidak akan bisa mendapatkan nilai yang bagus sehingga otomatis mereka akan menyalurkannya ke kekesalan yang berkahir pada tidnak criminal, seharusnya seorang criminal harus dilakukan reintegrative shaming terhadapnya jadi hukuman yang merekaa terima itu jenisnya membangun diri mereka menjadi lebih baik lagi.

 

 

KARYA TULIS ILMIAH

 

KARYA TULIS ILMIAH

PERALIHAN METODE PENGUMPULAN NSP DARI TERTULIS MENJADI DIGITAL

 

Oleh:

MUHAMMAD SHIDQY FAUZAN

MUHAMMAD IBNU SAPUTRA

FARHAN RAMADHAN

                                                  

 

 

 

AKADEMI KEPOLISIAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Digitisasi (bahasa Inggris: digitizing) merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital. Digitisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk membuat koleksi perpustakaan digital. Digitisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber dan software pendukung. Dokumen tercetak dapat dialihkan ke dalam bentuk digital dengan bantuan program pendukung scanning dokumen seperti Adobe Acrobat dan Omnipage. Dokumen audio dapat dialihkan ke dalam bentuk digital dengan bantuan program pengolah audio seperti CoolEdit dan JetAudio. Dokumen video dapat dialihkan ke dalam bentuk digital dengan bantuan program pengolah video. Tujuan Digitisasi, tidak lain adalah untuk mendapatkan efisiensi dan optimalisasi dalam banyak hal antara lain efisiensi dan optimalisasi tempat penyimpanan, keamanan dari berbagai bentuk bencana, untuk meningkatkan resolusi, gambar dan suara lebih stabil.

Cloud computing (komputasi awan) merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dalam suatu jaringan dengan pengembangan berbasis internet (awan) yang mempunyai fungsi untuk menjalankan program atau aplikasi melalui komputer – komputer yang terkoneksi pada waktu yang sama, tetapi tak semua yang terkonekasi melalui internet menggunakan cloud computing.

Teknologi komputer berbasis sistem Cloud ini merupakan sebuah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna. Teknologi ini mengizinkan para pengguna untuk menjalankan program tanpa instalasi dan mengizinkan pengguna untuk mengakses data pribadi mereka melalui komputer dengan akses internet.

 

 

 

 

 

1.2.Cara kerja dari Cloud Computing

Sistem Cloud bekerja menggunakan internet sebagai server dalam mengolah data. Sistem ini memungkinkan pengguna untuk login ke internet yang tersambung ke program untuk menjalankan aplikasi yang dibutuhkan tanpa melakukan instalasi. Infrastruktur seperti media penyimpanan data dan juga instruksi/perintah dari pengguna disimpan secara virtual melalui jaringan internet kemudian perintah – perintah tersebut dilanjutkan ke server aplikasi. Setelah perintah diterima di server aplikasi kemudian data diproses dan pada proses final pengguna akan disajikan dengan halaman yang telah diperbaharui sesuai dengan instruksi yang diterima sebelumnya sehingga konsumen dapat merasakan manfaatnya.

 

Contohnya lewat penggunaan email seperti Yahoo ataupun Gmail. Data di beberapa server diintegrasikan secara global tanpa harus mendownload software untuk menggunakannya. Pengguna hanya memerlukan koneksi internet dan semua data dikelola langsung oleh Yahoo dan juga Google. Software dan juga memori atas data pengguna tidak berada di komputer tetapi terintegrasi secara langsung melalui sistem Cloud menggunakan komputer yang terhubung ke internet.

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penerapan system Cloud Computing dalam pembuatan LHP

Pertama tama digunakannya cloud computing ini adalah dengan memakai Google Drive, jadi taruna dan pengasuh dapat saling membantu dalam pengumpulan laporan NSP dengan cara membuat laporan NSP itu sendiri masuk kedalam system cloud yang dikelola oleh google drive, sehingga nantinya pengasuh dan taruna dapat mengontrol LHP secara terintegrasi lalu untuk system pengesahannya dilakukan dengan langsung menghapus LHP dan mengkonfirmasikan kepada Pokokorp Senior yang berada di dalam peleton tersebut dan taruna yang LHP nya ditegur dapat mengambil 2 langkah yaitu memperbaiki LHP nya ataupun membiarkan LHP tersebut tetap tidak tercatat dan di hapus.

2.2. Tata cara penggunaan cloud computing untuk taruna umum

Taruna yang ingin mengumpulkan NSP dapat langsung membuka shorturl.at/gADNU untuk langsung masuk kedalam google drive yang telah berisikan folder nsp, taruna hanya tinggal mencari peletonnya dan memasukkan LHP yang ia miliki kedalam folder Namanya lalu mengkonfirmasikan kepada poksen bahwa ia sudah mengirim ke dalam google drive sehingga poksen dapat memonitor dan mecatatnya. Untuk lampiran tertulis dapat langsung dikirim kepada poksen.

2.3. Tata cara pemnggunaan cloud computing untuk taruna poksen

Bagi taruna yang menjabat sebagai poksen tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengumpulan LHP adalah mengkomulir keseluruhan LHP rekan rekannya dan memasukkannya ke dalam bentuk excel, setelah di masukkan kedalam bentuk excel dan di rekap dalam bentuk total nilai NSP dari rekan rekannya barulah Poksen dapat melaporkan hasil dari rekapannya kepada dantontar masing masing untuk di konfirmasi dan di re-check, untuk LHP yang mempunyai lampiran untuk di tampilkan dapat di kumpulkan di dalam satu map dan di berika kepada danton sebagai bentuk pertanggungjawaban.

2.4. Tata cara penggunaan cloud computing untuk pengasuh taruna

Bagi pengasuh taruna khususnya dantontar adalah mengawasi dan mengendalikan poksen dalam mengkomulir dan mencatat seluruh LHP rekan rekannya, dan untuk di akhir dapat melakukan re-check terhadap LHP yang di kumpulkan oleh taruna apabila ada yang tidak memenuhi syarat untuk sebuah LHP maka dantontar memiliki hak untuk dapat menghapus file yang telah taruna tersebut kumpulkan dan memberitahukannya kepada poksen untuk nantinya poksen memberitahukan kepada rekannya bahwa LHP tersebut telah di hapus karena tidak memenuhi syarat standar pengumpulan LHP. Lalu untuk di akhir pada saat sidang NSP seluruh pengasuh dapat melihat secara langsung LHP yang dikumpulkan oleh taruna yang ingin di cek dengan langsung menayangkannya di layar projector. Dan apabila bukti nyata dari LHP itu diminta oleh Mentar maka LHP dapat langsung di print dan di tanda tangani oleh taruna yang ingin di cek LHP nya dan pengasuh taruna yang bersangkutan sehingga akan meminimalisir kemungkinan hilangnya data apabila di minta oleh pihak Mentarsis.

 

 

 

 

 

 

BAB III

                                                               PENUTUP

3.1.Kelebihan

1.     Penggunaan Kertas di minimalisir

2.     Pimpinan dapat mengontrol langsung NSP dari Taruna

3.     Pertanggung jawaban NSP lebih ketat.

4.     Pada saat rapat, untuk melihat perolehan NSP taruna dapat langsung di tayangkan di layar, beserta LHP

5.     Taruna lebih mudah dalam mengumpulkan NSP kepada POKSEN

6.     Meminimalisir kehilangan kertas di proses penyimpanan

7.     Dapat di akses kapan saja di mana saja

 

3.2.Saran

1.     Taruna dapat kehilangan filenya apabila di hapus oleh orang lain.

2.     Tidak bisa menampilkan NSP yang sifatnya tulis tangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ruben Brent D dan Lea P Stewart. 2006. Communication and Human Behavior. United States:

Allyn and Bacon

Shen X.B., Wu Q., Fu, X.L. Effects of the Duration of Expressions on the Recognition of

Microexpressions. J. Zhejiang Univ. Sci. B 2012,13 221-230

Prawitasari , J.E. & Hasanat, N.U. 1990. Kepekaan terhadap Komunikasi Nonverbal. Laporan

Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

The Definitive Guide to Reading Microexpresions (Facial Expressions). Diakses melalui

http://www.scienceofpeople.com pada 12 Februari 2020 pukul 20.30 WIB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RECYCLING BOTTLE


Recycling Bottle

Recycling bottles helps to conserve space that can be used for other waste. According to Earth 911, 7.4 cubic yards of landfill space is saved for every ton of bottle that is recycled. Recycling can also help reduce the number of bottles that end up as litter in roadways and water sources.

In the diagram that showed to us it help us to understand how the recycling progress and how the bottle that wasted are used again phase by phase. The picture described step by step in this essay

The process shows the stages in the recycling of glass bottles. The process includes three main stages, beginning with used bottles and ending with new bottles being sold in stores

Phase 1

Wasted bottle glass are brought into a collection point and then the bottle are taken by truck into a factory and than the Phase 2 begin

Phase 2

In the factory, the bottle are washed  with high pressure water for cleansing the bottle from the dust and dirt and then the bottle are divided by their colour, the bottle that clear, green and brown should got separated before entering glass factory, glass bottle are turned into glass pieces and then the glass pieces got burned in furnance at temperature 600-800 degree celcius, and then the recycled liquid glass and a new liquid glass are mixed to fill the glass mould

Phase 3

In the last stage the bottles are filled with whatever product is required when the bottle are made it can go through the supermarket and the products are ready for sale they are transported to stores where they can be sold

Rabu, 04 November 2020

RAGAM JENIS KOMUNIKASI

 

Muhammad Shidqy Fauzan

P03_40_Muhammad Shidqy_2C

TUGAS KOMUNIKASI

FT.SABHARA

Skenario :

Petugas sedang melaksanakan patroli jalan kaki, berkunjung ke sebuah warung kopi dan bertemu dengan beberapa orang pengunjung sedang serius membicarakan wabah covid 19 yang tidak kunjung berakhir. Petugas memberikan pencerahan dalam rangka memutus rantai penyebaran covid 19 kpd pemilik dan pengunjung warung kopi.

 

a.    Narasi Komunikasi Informatif  

“Kepada bapak sebagai pemilik warung kopi, saya selaku petugas Sabhara polrestabes Bandung izinkan saya untuk memberikan informasi bahwa menurut SURAT EDARAN NOMOR HK.02.01 /MEN KESILIL t2020 TENTANG PROTOKOL PENCEGAHAN PENULARAN CORONAVIRUS D/SEASE (COVID19)  bahwa utnuk mencegah adanya kasus baru dari Covid-19 ini seluruh tempat, termasuk tempat ini juga perlu adanya standar protokol yang sesuai seperti menjaga jarak, mengecek suhu tubuh pengunjung, dan juga memperhatikan tentang penggunaan masker saat berada di tempat ramai seperti saat ini, hal tersebut yang akan memutus rantai penyebab dari Covid-19 yang tak kunjung usai ini.

b.    Narasi Komunikasi Persuasif

“ Sebagai warga masyarakat Indonesia yang baik ,mari kita bersama sama menjaga diri kita dan orang lain di sekitar kita dengan cara mematuhi protokol covid-19 seperti saat ini kita harus menggunakan masker dan tetap memperhatikan jarak kita dengan orang lain agar kasus Covid-19 ini segera selesai.”

c.     Narasi Komunikasi Koersif

“…Apabila Bapak tidak melakukan protokol kesehatan sesuai dengan yang sudah di terapkan, maka kami sebagai anggota kepolisian akan melakukan penindakan dengan memberikan sanksi baik kepada pengunjung warung kopi dan juga sanksi terhadap pemilik warung kopi karena tidak mengindahkan protokol yang sudah di terapkan oleh pemerintah ”.

 

Skenario :

 

1).   Situasi  1  : Teknik Asosiatif.

 

      Diskripsi situasi:   

      Seorang petugas patroli sedang memberikan informasi kecelakaan yang korbannya mengalami gegar otak akibat tidak menggunakan helm kepada club motor pada suatu acara.

 

1)    Narasi Tehnik Asosiatif

 

“…Kepada Bapak/Ibu yang berada di club motor di acara ini kami ingin memberikan sebuah informasi bahwa telah terjadi kecelakaan yang korbannya mengalami geger otak karena tidak memakai helm, kami mengetahui bahwa penggunaan helm seharusnya lebih di ketahui lagi akan kegunaannya sehingga kedepannya kami menyarankan agar anggota club ini agar menjadi penggerak kepada masyarakat yang belum mengetahui tentang bahaya dari tidak menggunakan helm agar seluruh masyarakat awam mengetahui akan bahaya dari tidak mengenakan helm saat berkendara.”

 

2).   Situasi 2   : Tehnik Integrasi

 

      Diskripsi situasi:   

      Seorang petugas patroli memberikan himbauan kepada sekelompok masyarakat bahwa menjaga keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama antara petugas dan masyarakat

 

2)    Narasi Tehnik Integrasi

“… Kita sebagai masyarakat Indonesia yang baik seharusnya sadar akan keamanan dan ketertiban tentunya merupakan kewajiban kita semua untuk menjaganya agar wilayah di lingkungan kita aman dari ancaman apapun.”

 

 

 

 

 

3).   Situasi 3 : Tehnik Pembangkitan rasa takut                 

 

        Diskripsi situasi:   

        Saat petugas berpatroli bertemu sekelompok pemuda yang berkumpul di atas jam 24.00 ( jam 12 malam ). 

 

3)    Narasi Tehnik pembangkitan rasa takut

“…Kepada seluruh warga masyarakat yang masih melakukan kumpul di atas jam 24.00 kami harapkan untuk segera pulang ke rumah karena menurut protokol yang seharusnya di patuhi oleh masyarakat bahwa kumpul kumpul hanya boleh dilakukan sampai pukul 22.00, apabila di kemudian hari masalah ini berulang kami akan melakukan penindakan yang lebih tegas”

 

4).   Situasi 4 : Tehnik Partisipatif                    

        Diskripsi situasi:              

        Dalam beberapa minggu terakhir telah terjadi pencurian di wilayah salah satu wilayah Pokdarkamtibmas pd malam hari, petugas menghimbau kepada Pokdarkamtibmas untuk menggalak kan siskamling dan agar diberikan penerangan yang cukup pada sekitar rumah.

 

4)    Narasi Tehnik Partisipatif

“…Kepada Bapak/Ibu yang kami hormati, sebagai penggerak keamanan di wilayah ini saya ingin agar seluruh warga di wilayah ini menggalakkan siskamling yang akan saya ketuai langsung untuk kegiatannya, hal ini kita lakukan karena banyaknya kasus pencurian kendaraan bermotor belakangan ini, hal ini dapat kita tanggulangi dengan siskamling dan juga dengan memberikan pencahayaan kepada wilayah wilayah yang masih kurang pencahayaannnya agar kedepannya pencurian kendaraan bermotor ini tidak terjadi lagi.