MAKALAH
ANALISA TINGKAT STRESS DIKAITKAN DENGAN
RENDAHNYA TINGKAT REFRESHING
DISUSUN OLEH :
Muhammad Shidqy Fauzan
17.127
BATALYON REKSA AKSATRIYA DAKSA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “ANALISA TINGKAT STRESS DIKAITKAN DENGAN RENDAHNYA TINGKAT REFRESHING”
ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada pengasuh yang
telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada
rekan-rekan taruna yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam karya ilmiah yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah
lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar karya ilmiah ini bisa
memberikan banyak manfaat demi terciptanya polri yang hebat dan lebih dipercaya
oleh masyarakat.
.
Semarang,18 Juni 2020
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 .Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1.1 Dampak Negatif
Lockdown terhadap psikologis manusia
2.1.2 Apa yang haru di
lakukan dalam mencegah hal ini terjadi?
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makalah ini di buat untuk menganalisa
tingkat stress yang di alami oleh taruna d karenakan tidak pernah melaksanakan
pesiar, ibl, maupun cuti yang sudah berjalan selama 4 bulan di hitung sejak
hari pertama lockdown yang di laksanakan oleh akademi kepolisian.
Seperti
yang kita ketahui COVID-19 sudah menjangkit indonesia sejak beberapa bulan yang
lalu, dan sudah dilakukan self-quarantine
oleh masyarakat Indonesia berdasarkan himbauan pemerintah dalam rangka untuk
memperlambat penularan virus tersebut dan mencegah agar kurva peningkatan kasus
positif corona tidak melebihi dari kapabilitas penanganan pasien COVID-19 yang
bisa ditampung dan ditangani oleh rumah sakit yang ada di Indonesia
Hal ini di dukung dengan akademi
kepolisian yang langsung memberlakukan lockdown untuk mencegah terjangkitnya
taruna akpol terhadap virus yang sangat mudah untuk menyebar ini, di ambil
pengalaman dari kasus yang terjadi di SETUKPA yang terjadi pada tanggal 1 April
2020 yang membuat seluruh jajaran PJU Mabes Polri tersentak karena terdapat 300
siswa yang terjangkit virus berbahaya ini.
Hal ini di tanggapi Akademi Kepolisian dengan
memberlakukan Lockdown dengan menutup seluruh akses keluar maupun masuk
terkecuali dari masyarakat dalam akpol hal ini di lakukan guna tetap menjaga R0
yaitu pasien zero agar tidak terjadi penyebaran Covid-19
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti:
1. Apa yang terjadi apabila seseorang terlalu lama di kurung di dalam
suatu tempat?
2. Apa yang harus dilakukan Akpol dalam mengurangi tingkat stress?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pengerjaan makalah
ini adalah tentunya untuk membuat sadar kepada pejabat utama Akpol untuk segera
mengambil langkah untuk mengantisipasi adanya stress dari taruna karena
kurangnya refreshing, tidak bertemu orang tua, tidak bertemu dengan rekanita
dan lain sebagainya, karena pada dasarnya setiap orang berhak untuk hidup bebas
dan factor untuk tidak melakukan kebebasan tersebut pasti ada batasannya.
1.4. Manfaat
Dapat
menjadi bahan kajian untuk pejabat utama akademi kepolisian dalam memperbaharui
kebijakan sebelumnya dengan tetap memperhatikan dasar dasar yang akan di
terapkan dalam protokol new normal. Dapat menjadikan dasar dalam alasan di
perbolehkannya taruna untuk melaksanakan cuti dan pesiar dalam waktu dekat yang
harus di tentukan dengan segera.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.1 Dampak Negatif Lockdown terhadap psikologis manusia
Jumlah pasien positif virus corona COVID-19 terus meningkat setiap hari. Oleh
karena itu, pemerintah terus menggaungkan physical distancing untuk memutus
mata rantai penularan virus corona.
Hal
ini dilakukan lantaran pemerintah tidak mau mengambil opsi lockdown, meskipun
sudah banyak pihak yang meminta Indonesia menerapkan lockdown. Memang, Direktur
Darurat Kesehatan WHO, Michael Ryan mengatakan melakukan lockdown di sebagian
kota bukanlah cara efektif yang bisa dilakukan.
Dalam
wawancara dengan BBC, WHO mengatakan setelah melakukan lockdown di beberapa
kota yang terindikasi, pihak berwenang harus secara aktif mencari orang-orang
yang terinfeksi. Menurutnya, upaya physical distancing harus lebih
diperhatikan. Pemerintah pun wajib melakukan isolasi dan mencari siapa saja
orang yang terlibat kontak dengan mereka yang positif.
Awalnya,
physical distancing disebut sebagai social distancing, yakni menjaga jarak
fisik setidaknya 1,5 meter dari orang lain, dan diklaim sebagai cara yang
paling ampuh memutus persebaran penyakit COVID-19.
Meski
demikian, dengan sifat dasar manusia sebagai mahluk sosial membuat mereka
kesulitan hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, WHO pun menggunakan
istilah Physical Distancing, karena ingin orang-orang tetap terhubung.
“Bisa
melalui berbagai media sosial agar tetap terhubung dengan orang lain karena
kesehatan mental Anda sama pentingnya dengan kesehatan fisik Anda,” ucap Dr
Maria Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO.
Gubernur
New York, Andrew Cuomo, menyebut isolasi di rumah dan menerapkan jarak dari
sesamanya akan membuat tekanan psikologis. Apalagi, bagi mereka yang memiliki
trauma. “Ini bukan kondisi alami manusia untuk tidak terhibur, punya kedekatan,
merasa takut dan tidak bisa merangkul seseorang. Ini semua hal yang tidak wajar
dan membingungkan,” sambungnya.
Sejumlah
ahli sudah lama mengetahui kesepian atau perasaan terisolasi dapat menyebabkan
kecemasan, depresi dan demensia pada orang dewasa. Respons sistem kekebalan
tubuh yang melemah, tingginya tingkat obesitas, tekanan darah, penyakit
jantung, dan harapan hidup yang lebih pendek juga dapat menjadi faktor
berpengaruh.
Sedangkan
pada anak-anak yang punya sedikit teman, terintimidasi atau terisolasi di
sekolah cenderung mengalami tingkat kecemasan yang tinggi, depresi, dan
beberapa kelambanan dalam perkembangan.
Meski
begitu, Kepala Bagian Psikologi di Rumah Sakit Anak San Antonio, Elena
Mikalsen, mengatakan belum ada catatan yang bisa digunakan, terkait pandemi
global seperti COVID-19. “Studi yang dilakukan lebih mengarah pada isolasi
secara paksa tanpa adanya dukungan,” papar Elena Mikalsen.
Elena
menambahkan, suatu hal yang sangat membantu ketika seluruh dunia berada dalam
situasi yang sama, yang mengarah pada perkembangan strategi penanganan yang
cepat dari berbagai sumber, termasuk teman, sekolah, dan bisnis.
“Situasi
yang kita hadapi sekarang, begitu banyak dukungan sosial yang merupakan salah
satu indikator besar tentang baiknya kesehatan seseorang termasuk kesehatan
mental,”pungkasnya.
Hubungan
sosial memang sangat diperlukan tidak hanya untuk memerangi pandemi, tetapi
untuk membangun kembali dan memulihkan diri. Namun, apapun istilah kata yang
dipakai, yang paling terpenting adalah Pandemi Corona ini segera berakhir.
2.1.2 Apa yang haru di lakukan dalam mencegah hal ini
terjadi?
Tak sedikit masyarakat yang mengalami stres saat ini, di tengah pandemi
Covid-19 yang tak jelas kapan akan berakhir. Psikolog Anak dan Keluarga serta
Spesialis Theraplay di PION Clinician, Astrid WEN mengatakan bahwa stres bisa
hadir ketika Anda merasa cemas. Oleh
karena itu, hal ideal yang bisa Anda lakukan adalah bercerita kepada orang
lain. Baca juga: Kerja dari Rumah Bisa Sebabkan Stres, Ini Penjelasan Psikolog
"Orang yang cemas atau stres itu perlu berani minta pertolongan. Cari
teman atau orang yang bisa mendengarkan cerita Anda, yang bisa merespon dengan baik
cerita Anda," kata Astrid dalam live Instagram Kompas.com, Selasa
(5/5/2020). Adapun, hal yang bisa Anda lakukan untuk meringankan stres tersebut
adalah menelepon orang lain termasuk teman, sahabat, keluarga, psikiater, atau
video call. Anda juga bisa berdoa, hal ini dinilai efektif untuk mengurangi
tingkat stres. "Berdoa juga sama halnya dengan berbincang dengan orang di
luar diri kita, yaitu Tuhan masing-masing. Hal yang penting, kita berkomunikasi
dan bersuara dengan orang-orang di luar kita," tutur dia.
Bagaimana jika Anda tidak menemukan orang
yang tepat untuk menjadi tempat berkeluh kesah? Astrid mengingatkan bahwa
sepanjang Anda peka diri terhadap stres yang dimiliki, pasti Anda akan bisa
mengontrol atau mengelola stres yang dimiliki tersebut sendirian. Stres yang
masih bisa untuk dikelola atau dikontrol adalah stres yang tidak merugikan
orang-orang lain di sekitar Anda. "Selama orang lain tidak komplain
terhadap yang kita lakukan, itu stresnya masih di level yang bisa dikontrol
sendiri," ujar dia
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dari hasil Analisa secara singkat berdasar literatur yang di terima dari
masukan banyak referensi media cetak hal ini sangat berbahaya apabila tidak
segera di lakukan karena tingkat stress seseorang dalam menghadapi Lockdown
berbeda beda.
Cara
yang dapat dilakukan oleh Akpol pun juga sudah bisa di ambil referensi dari
banyak catatan dari ahli untuk segera di lakukan karena apabila di lanjutkan
maka tidak ada yang tahu kedepannya akan seperti apa.
3.2
Saran
Akan alangkah baiknya bila pejabat pembuat
peraturan peraturan yang membuat taruna dapat merasakan udara di luar Akademi
Kpeolisian karena apabila tidak maka tingkat stress makin tinggi dan apabila
itu terjadi maka hal ini akan merusak mental seseorang baik secara langsung
maupun tidak langsung.